Senin, 17 Juni 2013
Permasalahan Anak di Taman Kanak - Kanak
A. Definisi anak bermasalah
Anak bermasalah usia TK 4-6 tahun yang memiliki perilaku non normatif (perilaku) dilihat dari tingkat perkembangannya, atau mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri baik pada waktu belajar (konsentrasi) maupun dalam aktivitas bermain di sekolah atau di rumah (sosial). /p>
Untuk
mengetahui apakah anak bermasalah atau tidak, pendidik (orang tua,
guru, orang dewasa disekitar anak) perlu memahami tahapan perkembangan
anak dalam segala aspek. Pemahaman tersebut dapat membantu menganalisis
dan mengelompokkan anak pada kategori bermasalah atau tidak.
B. Karakteristik anak TK
1. Perkembangan motorik
Berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik
terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar. Motorik kasar
merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot besar,
seperti ; berjalan, melompat, berlari, melempar dan menaiki. Motorik
halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus, seperti ;
menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain sebagainya.
Ciri khas perkembangan motorik anak TK adalah :
- memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks, yaitu mampu mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang. Keterampilan koordinasi motorik kasar terbagi atas tiga kelompok yaitu keterampilan lokomotorik (berlari, melompat, menderap, meluncur, berguling, berhenti, berjalan setelah berhenti sejenak, menjatuhkan diri, dan mengelak), keterampilan nonlokomotorik (menggerakan anggota tubuh dengan posisi tubuh diam ditempat, berayun, berbelok, mengangkat, bergoyang, merentang, memeluk, melengkung, memutar dan mendorong), dan keterampilan memproyeksi, menangkap dan menerima (dapat dilihat pada waktu anak menangkap bola, menggiring bola, melempar bola, menendang bola, melambungkan bola, memukul dan menarik).
- Anak memiliki motivasi instrinsik sehingga tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik baik yang melibatkan gerakan motorik halus maupun motorik kasar.
2. Perkembangan kognitif
Berarti
proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada
waktu manusia sedang berpikir, berkembang secara bertahap sejalan dengan
perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan
syaraf.
Ciri khas perkembangan kognitif anak TK adalah :
- Anak sudah mampu menggambarkan objek yang secara fisik tidak hadir, seperti anak mampu menyusun balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menggambar, dll.
- Anak tidak mampu memahami prespektif atau cara berpikir orang lain (egosentris), seperti ketika menggambar anak menunjukkan gambar ikan dari sudut pengamatannya.
- Anak belum mampu berpikir kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian, seperti anak tidak mampu menjawab alasan mengapa menyusun balok seperti ini dll.
3. Perkembangan bahasa
Bahasa
sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, dapat diwujudkan
dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang memiliki
aturan sendiri.
Ciri khas perkembangan bahasa anak TK adalah
- Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.
- Telah menguasai 90% dari fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata seperti kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata yang mengandung arti contohnya i, b, u menjadi ibu) dan sintaksis (tata bahasa, misal saya memberi makan ikan” bukan ”ikan saya makan beri”) bahasa yang digunakan.
- Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
- Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.
- Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak menyangkut; warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (kasar-halus)
- Mampu menjadi pendengar yang baik.
- Percakapan yang dilakukan telah menyangkut berbagai komentar terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.
- Sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca bahkan berpuisi.
4. Perkembangan psikososial
Merupakan
perkembangan yang membahas tentang perkembangan kepribadian manusia,
khususnya yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan perkembangan
kepribadian.
Ciri khas perkembangan psikososial anak TK adalah
- Sudah dapat mengontrol perilakunya sendiri.
- Sudah dapat merasakan kelucuan (misalnya, ikut tertawa ketika orang dewasa tertawa atau ada hal-hal yang lucu).
- Rasa takut dan cemas mulai berkembang, dan hal ini akan berlangsung sampai usia 5 tahun.
- Keinginan untuk berdusta mulai muncul, akan tetapi anak takut untuk melakukannya.
- Perasaan humor berkembang lebih lanjut.
- Sudah dapat mempelajari mana yang benar dan yang salah.
- Sudah dapat menengkan diri
- Pada usia 6 tahun anak akan menjadi sangat asertif, sering berperilaku seperti boss (atasan), medominasi situasi, akan tetapi dapat menerima nasihat.
- Sering bertengkar tetapi cepat berbaikan kembali.
- Anak sudah dapat menunjukkan sikap marah.
- Sudah dapat membedakan yang benar dan yang tidak benar, dan sudah dapat menerima peraturan dan disiplin.
C. Batasan-batasan bermasalah
Anak bermasalah di TK dapat dilihat dari :
- Frekuensi perilaku menyimpang yang tampak, maksudnya seberapa banyak tingkah laku yang menimbulkan masalah muncul, misalnya anak ngambek setiap hari , malah beberapa kali dalam sehari maka hal itu pertanda anak bermasalah.
- Intensitas perilaku maksudnya tingkat kedalaman perilaku anak yang bermasalah, misalnya, rentang perhatian anak untuk konsentrasi sangat pendek, anak mudah beralih perhatiannya baik dalam belajar atau bermain.
- Usia anak yaitu tingkah laku anak yang mencolok yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak seusianya.
- Ukuran norma budaya, maksudnya, anak dikatakan bermasalah sangat bergantung pada ukuran budaya setempat.
Apakah anak TK yang terlambat perkembangannya sama artinya dengan anak yang bermasalah? Jawabannya ya dan tidak
Ya, jika anak yang terlambat dalam perkembangan tersebut sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan rumah.
Tidak, jika anak berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya (anak berkembang dengan iramanya masing-masing).
Untuk
tahu apakah anak tersebut bermasalah maka pendidik harus memperhatikan
kekhasan perilaku anak. Berikut ini pertanyaan yang dapat
mengidentifikasi apakah anak tersebut bermasalah atau tidak.
- Apakah frekuensi tingkah laku yang menyimpang tersebut terlihat setiap waktu?
- Apakah perilaku tersebut mengganggu aktivitas anak baik dalam belajar maupun bermain?
- Jika tingkah laku tersebut tidak diatasi dengan segera apakah akan menimbulkan masalah dalam perkembangan anak secara menyeluruh?
Jika semua pertanyaan tersebut dijawab ”ya”
maka besar kemungkinan anak tersebut bermasalah.
D. Respon guru TK dalam menghadapi anak TK yang bermasalah
- Menghadapi emosi-emosi negatif anak, dan saat emosi negatif anak muncul sebaiknya guru menciptakan hubungan yang akrab
- Sabar menghadapi anak yang sedih, marah, atau ketakutan, dan tidak menjadi marah jika menghadapi emosi anak.
- Sadar dan menghargai emosi-emosinya sendiri.
- Melihat emosi negatif sebagai arena yang penting dalam mengasuh anak.
- Peka terhadap keadaan emosi anak, walaupun ungkapan emosinya tidak terlalu kelihatan.
- Tidak bingung atau cemas menghadapi ungkapan-ungkapan emosional anak.
- Tidak menanggapi lucu atau meremehkan perasaan negatif anak.
- Tidak memerintahkan apa yang harus dirasakan oleh anak.
- Tidak merasa bahwa guru harus membereskan semua masalah bagi anak.
- Menggunakan saat-saat emosional sebagai saat untuk mendengarkan anak, berempati dengan kata-kata yang menyejukkan, menolong anak memberi nama emosi yang sedang dirasakan, menentukan batas-batas dan mengajarkan ungkapan emosi yang dapat diterima, dan mengajarkan anak untuk terampil dalam menyelesaikan masalah.
E. Masalah anak TK
a. Penakut
Setiap
anak memiliki rasa takut, namun jika berlebihan dan tidak wajar maka
perlu diperhatikan. Rasa takut anak TK biasanya terhadap hewan,
serangga, gelap, dokter atau dokter gigi, ketinggian, monster, lamunan,
sekolah, angin topan, dll.
Rasa takut yang berlebihan terlihat dalam gejala-gejala seperti berikut :
- Gejala psikis, seperti ; gangguan makan, tidur, perut, sulit bernafas, dan sakit kepala.
- Gejala emosional, seperti ; rasa takut, sensitif, rendah diri, ketidakberdayaan, bingung, putus asa, marah, sedih, bersalah.
- Gejala tingkah laku seperti : gangguan tidur, mengisolasi diri, prestasi kurang di sekolah, agresi, mudah tersinggung, menghindari pergi keluar, ketergantungan pada suatu benda, dan terus berada di kamar orang tua.
Penyebab anak memiliki rasa takut :
- Intelegensi (anak-anak yang tingkat intelegensi tinggi cenderung punya rasa takut yang sama dengan anak yang berusia lebih tua, demikian pula sebaliknya).
- Jenis kelamin (anak perempuan lebih takut dibanding laki-laki karena lingkungan sosial lebih menerima rasa takut perempuan).
- Keadaan fisik (anak cenderung takut bila dalam keadaan lelah, lapar atau kurang sehat).
- Urutan kelahiran (anak sulung cenderung lebih takut karena perlindungan yang berlebihan).
- Kepribadian anak (anak yang kurang memperoleh rasa aman cenderung lebih penakut).
- Adanya contoh yang dilihat anak, seperti ; tontonan TV, atau ibu yang takut.
- Trauma yang dialami anak-anak, seperti ; tabrakan mobil, angina topan, bencana alam, dll.
- pola asuh orang tua yang menghidupkan rasa takut anak seperti ; paksaan, hukuman, ejekan, ketidakperdulian, dan pelindungan diluar batas.
Solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik
b. Agresif
- Mendengarkan cerita anak
- Lindungi dan hibur anak
- Ajari kenyataan
- Memberi hadiah
- Memberi contoh teladan (guru sebagai model)
- Coping model (adalah salah satu cara seseorang menghadapi rasa takut namun ia harus melewati rasa takut itu. Salah satu cara dengan bicara pada diri sendiri).
- Mendongeng
- Melakukan aktivitas penuh tantangan
- Memanfaatkan imajinasi anak untuk menumbuhkan keberanian
- Menggambar
Agresif
adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau
melakukan ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan. Perilaku
tersebut cenderung melukai anak lain seperti menggigit, mencakar, atau
memukul. Bertambahnya usia diekspresikan dengan mencela, mencaci dan
memaki.
Gejala anak yang agresif :
- Sering mendorong, memukul, atau berkelahi.
- Menyerang dengan menggunakan kaki, tangan, tubuhnya untuk mengganggu permainan yang dilakukan teman-teman.
- Menyerang dalam bentuk verbal seperti ; mencaci, mengejek, mengolok-olok, berbicara kotor dengan teman.
- Tingkah laku mengganggu muncul karena ingin menunjukkan kekuatan kelompok. Biasanya melanggar aturan atau norma yang berlaku di sekolah seperti; berkelahi, merusak alat permainan milik teman, mengganggu anak lain.
Penyebab anak agresif
- Pola asuh yang keliru (melakukan kekerasan terhadap anak, otoriter terhadap anak dan terlalu protektif, terlalu memanjakan anak (orang tua selalu mengijinkan atau membenarkan permintaan anak)
- Reaksi emosi terhadap frustasi (banyaknya larangan yang dibuat guru atau orang tua (kecemasan yang berlebihan), sementara anak melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhannya).
- 3. Tingkah laku agresif sebelumnya (tingkah laku agresif yang pernah dilakukan anak mendapat penguatan dari keluarga atau guru).
Solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan pendidik :
- Bermain peran
- Belajar mengenal perasaan
- Belajar berteman melalui permainan beregu
- Beri penguatan jika anak berperilaku tepat dengan temannya
- Perbanyak kegiatan yang menggunakan gerakan motorik
Pemalu
adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul pada
seseorang, akibatnya adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
Ciri anak pemalu adalah :
- Kurang berani bicara dengan guru atau orang dewasa
- Tidak mampu menatap mata orang lain ketika berbicara
- Tidak bersedia untuk berdiri di depan kelas
- Enggan bergabung dengan anak-anak lain
- Lebih senang bermain sendiri
- Tidak berani tampil dalam permainan
- Membatasi diri dalam pergaulan
- Anak tidak banyak bicara
- Anak kurang terbuka
Penyebab anak pemalu
- Keadaan fisik
- Kesulitan dalam bicara
- Kurang terampil berteman
- Harapan orang tua yang terlalu tinggi
- Pola asuh yang mencela
- Melibatkan anak pada kegiatan yang menyenangka
- Belajar bergabung melalui permainan
- Mengajar cara mulai berteman
- Dorong anak berpartisipasi dalam kelompok
Daftar pustaka
Dra. Rosmala Dewi, M.Pd. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-kanak. Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti. Jakarta 2005
Dr. Martini Jamaris, M.Sc. Ed. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Program PAUD PPS UNJ. Jakarta 2005
Games Elektronik Untuk Anak
Games elektronik ini memang membuat ketagihan, baik orang dewasa maupun anak-anak. Sebut saja Playstation, Game Boy, Nintendo, dan banyak lagi. Pada saat bermain games ini, anak-anak sering kali lupa waktu karena beragam tantangan yang dihadirkan oleh games tersebut. Dan perasaan berkuasa saat sanggup memenangkan permainan dan mengendalikan tokoh-tokoh yang dihadirkan oleh games tersebut. Namun dibalik keasyikan yang dimunculkan oleh games ini ternyata efek negatif yang ditimbulkan juga cukup besar. Karena pada saat kalah maupun menang dalam games, pasti keinginan untuk bermain lagi amat sangat kuat, sehingga permainan ini akan manghabiskan waktu berjam-jam tanpa terasa. Efeknya mereka jadi kurang membaca, kurang bergaul diluar dengan teman sebayanya, bahkan kurang berkumpul dengan keluarga.
Jadi sebaiknya kita tidak mengenalkan games elektronik ini terlalu dini kepada anak-anak, namun jika mereka sudah mengenal sebaiknya kita harus pintar-pintar membatasi waktu bermainnya. Luangkan lah waktu untuk bermain dengan mereka sehingga kita dapat selalu dekat dan mengetahui perkembangan mereka.
Tipe Permainan Apa Yang Baik Untuk Anak Saya?
Permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangannya. Karena bermain adalah cara yang dimiliki oleh anak untuk mempelajari dunia, maka tugas kita sebagai orangtua adalah memilih aktivitas terbaik untuk mereka. Biasanya anak usia 12 bulan memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk mengetahui sebuah ‘sebab-akibat’, sebuah permainan ‘hide and seek’, bersembunyi di balik kursi atau meja akan menjadi permainan yang menyenangkan bagi mereka. Bagi anak yang berusia 20 bulan, karena kemampuan fisik mereka sudah cukup baik, mereka memiliki keinginan yang kuat untuk tantangan fisik, misalnya menaiki tangga, karena itu carilah tempat yang cukup aman untuk mereka bermain dan kita tetap bisa mengawasinya dengan baik.
Berikut beberapa panduan permainan yang baik untuk anak dalam beberapa tahap.
Permainan sosialisasi.
Berinteraksi dengan orang lain amat penting untuk perkembangan terutama di tahun pertamanya. Bayi suka melihat, tersenyum, dan tertawa. Bayi yang lebih besar suka permainan peekaboo (cilukba) dan permainan dengan menggunakan lagu-lagu yang simpel.
Permainan menggunakan obyek.
Menyentuh, membanting, memasukkan ke mulut, melempar, mendorong, dan banyak hal lainnya yang akan menjadi eksperimen yang mengagumkan bagi bayi berusia 4 sampai dengan 10 bulan.
Permainan representasi dan fungsi.
Berpura-pura menggunakan alat-alat dengan caranya, misal menggunakan sisir untuk menyisir rambutnya, atau menggosok gigi dengan sikat gigi, adalah permainan imajinasi bagi anak usia 12 sampai dengan 21 bulan, karena pada usia ini imajinasi mereka mulai berkembang.
Permainan simbol.
Permainan ini biasanya dilakukan oleh anak di kisaran usia 2 tahun, berandai-andai bahwa kotak sepatu adalah bis sekolah dan menirukan suara motor.
Permainan peran.
Biasanya dilakukan oleh anak usia 30 sampai 36 bulan. Pada usia ini mereka akan menjadi aktor dan aktris cilik yang hebat. Mereka berpura-pura menjadi dokter, guru, ibu, atau lainnya, dan pintar menyerap apa yang terjadi di lingkungannya.
Tujuan dan Prinsip Pendidikan TK
Jenjang Pendidikan TK
Anak yang dapat ditampung di TK adalah usia 4 – 6 tahun dengan lama Pendidikan 1 atau 2 tahun. Dan, pendidikan dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok A bagi anak usia 4 – 5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun. Pengelompokan ini bukan merupakan jenjang yang harus diikuti oleh setiap anak didik. Dengan kata lain, bahwa setiap anak didik dapat berada selama 1 (satu) tahun pada Kelompok A atau Kelompok B, atau selama 2 (dua) tahun pada Kelompok A dan Kelompok B.
Tujuan Pendidikan TK
a. Membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Pasal 1.14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003);
b. Mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (Penjelasan Pasal 28 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003);
c. Membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990).
Prinsip Pendidikan TK
Berdasarkan Surat Edaran Mandikdasmen Depdiknas Nomor 1839/C.C2/TU/2009, Pelaksanaan pendidikan di TK menganut prinsip: ”Bermain sambil Belajar dan Belajar seraya Bermain”. Bermain merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain dan dirinya sendiri.
Melalui pendekatan bermain, anak-anak dapat mengembangkan aspek psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni. Pada prinsipnya bermain mengandung makna yang menyenangkan, mengasikkan, tanpa ada paksaan dari luar diri anak, dan lebih mementingkan proses mengeksplorasi potensi diri daripada hasil akhir. Pendekatan bermain sebagai metode pembelajaran di TK hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik, yaitu secara berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih dominan) menjadi belajar seraya bermain (unsur belajar mulai dominan). Dengan demikian anak didik tidak merasa canggung menghadapi pendekatan pembelajaran pada jenjang pendidikan selanjutnya;
Larangan
Anak TK, sesuai dengan kondisi perkembangan dan pertumbuhannya, tidak boleh diberi pekerjaan rumah (PR). Dan, saat tamat pendidikan jenjang terakhir (kelompok B) tidak boleh diadakan kegiatan seremonial yang tak sesuai dengan prinsip pendidikan TK.
Pada usia 4 s.d 6 tahun, kebutuhan anak untuk bermain dan bersosialisasi lebih penting dibandingkan dengan kemampuan skolastik. Oleh karena itu, pendidikan di TK tidak diperkenankan memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada anak didik dalam bentuk apapun.
Perpisahan TK seyogianya dimanfaatkan untuk menjalin komunikasi dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi tumbuh kembang anak. Perpisahan hendaknya dimanfaatkan sebagai media silaturahmi antara anak didik, guru, orang tua dan masyarakat. Perpisahan bukan untuk meningkatkan prestise TK maupun orang tua. Oleh karena itu kegiatan seremonial seperti wisuda dengan menggunakan toga tidak perlu dilakukan.
Bagi yayasan penyelenggara pendidikan TK, guru, dan pihak yang terkait dengan pendidikan TK sebaiknya memahami Petunjuk Penyelenggaraan Pendidikan TK yang secara lengkap terdapat pada SE Dirjen Mandikdasmen Nomor 1839/C.C2/TU/2009; tanggal 23 April 2009.
Semoga artikel sederhana ini bermanfaat dalam upaya pembinaan dan peningkatan penyelenggaran pendidikan TK. Harapannya, pendidikan TK benar-benar berfungsi sebagai “taman” yang menyenangkan dan ceria yang memberi dan mengarahkan pribadi anak baik psikologis, sosial, kecerdasan, dan keterampilan.
Pentingnya Suplemen Untuk Pertumbuhan Anak
Suplemen atau makanan tambahan bisa
berupa vitamin, mineral atau zat gizi lainnya. Perlukah suplemen
diberikan bagi si kecil? Mungkin si kecil tidak memerlukan tambahan
suplemen karena selera makannya yang baik, atau menu hariannya yang
lengkap dan memenuhi kebutuhan gizi dan nutrisinya.
Suplemen makanan untuk anak merupakan
makanan kesehatan yang membantu pertumbuhan anak sehat. Suplemen sebagai
pengganti zat gizi bagi anak-anak yang kurang zat gizi. Suplemen
dianjurkan untuk anak-anak guna menghindari risiko gangguan pertumbuhan
anak sehat. Suplemen dapat berupa multivitamin. setiap suplemen yang
mengandung multivitamin akan membantu sistem pencernaan anak yang kurang
nafsu makan.
Proses tumbuh kembang anak selalu menjadi
perhatian bagi orang tua yang benar-benar peduli pada kesehatan dan
pertumbuhan anak mereka. Banyak orang tua yang mengeluhkan anaknya
jarang makan, dan kurang gizi. Umumnya anak kecil sulit sekali untuk
makan, mereka selalu menyukai makanan yang mereka sukai, biasanya anak
kecil menyukai makanan jajanan yang mengandung pengawet, tentunya
sebagai orang tua selalu resah setiap jajanan yang dimakan oleh anak.
Sehingga para orang tua mencari solusi untuk membantu anaknya supaya
nafsu makan, yang mereka lakukan tidak lain memberikan suplemen makanan
untuk anak.
Suplemen makanan untuk anak akan membantu
kesulitan yang dialami oleh orangtua yang mempunyai anaknya kurang
makan. ada juga anak yang sering makan tetapi kurang gizi, kita sebagai
orang tua harus memperhatikan kandungan yang ada dalam makanan tersebut,
ingat suplemen makanan bisa didapat dari buah-buahan, dan
sayur-sayuran, dimana sayuran yang baik untuk bayi adalah mengandung
vitamin dari mulai vitamin A-E. Tidak semua anak membutuhkan makanan
yang mengandung zat gizi besar, yang mereka butuhkan hanya rasa yang
enak, dan manis. oleh karena itu kita harus pandai-pandai mencari
suplemen makanan untuk anak yang berupa permen, biasanya anak kecil
menyukai suplemen yang berupa permen misalnya multivitamin C.
multivitamin ini akan membantu anak anda untuk nafsu makan, sebagai daya
tubuh anak, multivitamin bisa diberikan bila asupannya tidak terpenuhi.
Pemberian suplemen untuk anak sangat
mempengaruhi pada pertumbuhan anak sehat dan kecerdasan anak . suplemen
makanan anak yang baik yaitu makanan yang mengandung nutrisi yang
tinggi.Salah satu suplemen makanan yang bisa dipilih adalah yang bisa
membantu anak untuk tetap prima tidak mudah cepat lelah, aktif, dll.
sebelum memberikan suplemen kepada anak ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, berikan suplemen yang memang khusus untuk anak dan mudah
dimakan dan kandungan zat-zat gizi dalam suplemen makanan.
Suplemen makanan yang fungsinya sebagai
nutrisi makanan dan sebagai pelengkap kekurangan zat gizi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sehat.Kebanyakan orang tua umumnya
mengambil suplemen dari sejumlah jenis multivitamin. orangtua memberikan
anaknya multivitamin karena khawatir anaknya tidak mendapatkan nutrisi
yang tepat atau ingin melindungi anaknya dari berbagai penyakit. Hal
lain yang harus diperhatikan orangtua dalam memberikan multivitamin
untuk anaknya adalah dosis vitamin dan mineral yang terkandung dalam
multivitamin tersebut.
Pertumbuhan anak tetap terjaga jika
nutrisinya lengkap dan pola makannya teratur. Perhatikan juga bagaimana
perkembangan serta pertumbuhan anak sehat atau tidak sehat, untuk
mengetahui apakah anak memang membutuhkan tambahan mulvitamin atau
tidak. pilihlah suplemen yang aman buat anak anda. Pertumbuhan anak
sehat membutuhkan asupan nutrisi yang cukup yang idealnya bisa didapat
dari menu harian yang bergizi lengkap dan seimbang. Untuk menjaga
kecukupan asupan gizi anak, di tengah pola makan anak yang tidak sehat,
suplemen dapat menjadi pilihan.
5 Cara Membuat Anak Suka Makanan Yang Sehat
Masa
pertumbuhan anak sangat dipengaruhi oleh makanan. Berbagai macam
makanan mengandung zat gizi penting. Sayur, buah, kacang-kacangan dan
biji-bijian bisa diberikan pada anak Anda. Namun cara pemberiannya juga
perlu diperhatikan.
Pola makan sehat untuk anak bermanfaat
untuk menyeimbangkan tingkat energi, mengasah pola pikir bahkan suasana
hati anak Anda. Saat televisi berlomba-lomba menayangkan bermacam-macam
makanan instan, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan sebagai
orangtua agar anak Anda tetap memilih makanan sehat.
Anak-anak, terutama yang berumur antar 5
sampai 12 tahun sudah bisa mengembangkan pilihannya masing-masing secara
alami berdasarkan makanan yang mereka nikmati. Jadi, tantangannya
adalah membuat makanan sehat ini menjadi lebih menarik. Tentunya tidak
mudah membuat anak Anda memilih sebuah apel daripada kue coklat kering.
Dorongan anak untuk meniru sangat kuat,
sehingga penting bagi Anda bertindak sebagai panutan bagi anak-anak
Anda. Tak ada gunanya meminta anak Anda untuk makan buah dan sayuran
saat Anda sendiri lebih suka makan keripik kentang dan soda.
5 Cara membuat anak suka makanan yang sehat :
1. Jadwalkan acara makan bersama.
Menyadari bahwa makan malam disajikan
pada jam yang sama setiap malam dan dinikmati oleh seluruh anggota
keluarga akan memberikan kenyamanan dan meningkatkan napsu makan.
Sarapan merupakan waktu yang tepat untuk acara makan bersama keluarga,
terutama karena anak-anak yang makan sarapan cenderung lebih berprestasi
di sekolah.
2. Masak makanan lebih sering di rumah.
Makanan yang dimasak di rumah lebih sehat
bagi seluruh keluarga dan memberikan contoh yang bagus untuk anak-anak
tentang pentingnya makanan sehat. Makanan restoran cenderung memiliki
lebih banyak lemak, gula, dan garam. Simpan acara makan di luar untuk
acara-acara khusus.
3. Libatkan anak-anak dalam menyiapkan makanan sehat.
Anak-anak menikmati membantu orang
dewasa, dalam hal ini berbelanja bahan makanan, memilih apa yang akan
mereka makan dan menyiapkan makan malam. Ini juga merupakan kesempatan
bagi Anda untuk mengajarkan mereka tentang nilai-nilai gizi dari makanan
yang berbeda, dan cara membaca label makanan bagi anak-anak yang lebit
tua.
4. Buat berbagai camilan sehat dengan gizi seimbang.
Gunakan banyak buah, sayuran, makanan
ringan gandum, dan minuman sehat (air, susu, jus buah murni) dan
permudah akses sehingga anak-anak terbiasa meraih camilan sehat bukan
makanan ringan kalori kosong seperti soda, keripik, atau kue kering.
5. Batasi ukuran porsi makanan Anak.
Jangan paksa anak Anda untuk membersihkan piring, dan jangan pernah menggunakan makanan sebagai hadiah atau suap.
Hal Yang Harus Dihindari Dalam Mendidik Anak
Anak
sebagai investasi bangsa yang utama seringkali hanya sebatas slogan
semata. Lingkungan kondusif yang merupakan prasyarat untuk mencapai
tujuan tersebut tampaknya belum sepenuhnya tercipta.
Apa yang akan terjadi jika anak
dibesarkan dalam kondisi yang dipenuhi dengan kekerasan? Tentu, ia akan
mengadopsi cara-cara yang sering ia lihat ke dalam kehidupannya kelak.
Meski tak selalu, lingkungan memang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan anak selanjutnya, termasuk bagaimana orang tua mendidik
mereka.
Anak yang dibesarkan dalam situasi
keluarga yang nyaman tentu berbeda dengan anak yang selalu diberi
hukuman fisik oleh orang tuanya. Sayangnya, tak sedikit orang tua yang
tidak tahu bagaimana cara memberikan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan optimal anak. Akibatnya, anak pun tumbuh tidak sebagaimana
yang diharapkan.
Nah, berikut ini adalah 10 hal yang harus dihindari dalam mendidik anak :
1. Terlalu lemah.
Misalnya, selalu memenuhi semua permintaan anak. Anak tidak diajar untuk
mengenal hak dan kewajiban. Akibatnya, anak menjadi terlalu penuntut,
impulsif (gampang melakukan tindakan tanpa perhitungan), egois, dan
tidak memperhatikan kepentingan orang lain.
2. Terlalu menekan.
Misalnya, orang tua terlalu mengatur dan mengarahkan anak, tanpa
memperhatikan hak anak untuk menentukan keinginannya sendiri, atau untuk
mengembangkan minat dan kegiatan yang ia inginkan. Akibatnya, anak akan
menjadi lamban, selalu bekerja sesuai perintah, tidak memiliki
pendirian, dan suka melawan.
3. Perfeksionis. Orang
tua menuntut anak untuk menunjukkan kematangan sikap atau target
tertentu yang umumnya melebihi kemampuan yang wajarnya dimiliki anak.
Akibatnya, anak akan terobsesi untuk meraih prestasi yang diharapkan
orang tuanya. Ia juga akan menjadi terlalu keras dan kritis terhadap
dirinya sendiri.
4. Tidak memberi
perhatian. Orang tua hanya menyediakan sedikit waktu untuk memperhatikan
setiap perkembangan anak, atau membantu anak menempuh tahap demi tahap
perkembangannya. Akibatnya, anak tak mampu membina hubungan dengan
lingkungannya dan akan tumbuh menjadi anak yang impulsif.
5. Terlalu cemas akan
kesehatannya. Orang tua terlalu berlebihan mencemaskan kondisi fisik
anak. Padahal, secara obyektif, anak sehat. Sakit sedikit saja, orang
tua cemasnya minta ampun. Akibatnya, anak akan mudah merasa tak sehat
dan ikut merasakan kecemasan yang sama. Enggan bermain, takut jatuh, dan
sebagainya.
6. Terlalu memanjakan.
Misalnya, terus-menerus menghujani anak dengan barang-barang mahal atau
memberikan pelayanan istimewa, tanpa mempertimbangkan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan anak. Akibatnya, anak bisa menjadi anak yang
gampang bosan, kurang inisiatif, dan tak memiliki daya juang.
7. Tidak pernah
memberi kepercayaan. Orang tua selalu meramalkan kesalahan yang belum
tentu dilakukan anak. Orang tua juga selalu mengritik anak, bahkan untuk
hal-hal yang seharusnya tak perlu kritikan. “Kamu, sih, nanti kalau
jatuh, bagaimana?” Akibatnya, anak akan menjadi seorang yang pesimis,
rendah diri, dan cenderung mengembangkan hal-hal yang selalu dilarang
orang tua.
8. Menolak kehadiran
anak. Misalnya, jenis kelamin anak tak sesuai dengan harapan orang tua,
sehingga orang tua cenderung menolak menjadikan anak sebagai bagian dari
keluarga. Akibatnya, semua tindakan yang dilakukan orang tua selalu
merugikan anak. Anak bisa rendah diri dan menunjukkan sikap bermusuhan
terhadap orang tua.
9. Suka menghukum.
Orang tua bersikap agresif terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan
anak, dan cenderung memilih memberikan hukuman fisik dengan alasan
mengajarkan disiplin. Bisa-bisa anak akan menganggap kekerasan sebagai
sesuatu yang wajar dilakukan dan akan melakukan hal yang sama terhadap
keluarganya kelak.
10. Suka menggoda.
Orang tua cenderung melecehkan keberadaan anak dengan sering
mengolok-olok dan mengungkapkan kekurangan anak di depan orang banyak.
Akibatnya, anak akan merasa tidak dihargai dan rendah diri.
Minggu, 16 Juni 2013
Sungguh tak seorang pun orang tua ingin melihat anaknya tumbuh menjadi
anak yang jahat, berprilaku tak terpuji, dan melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan hukum, terutama hukum agama. Bahkan baik itu orang
tua yang berprofesi sebagai penjahat sekalipun tak akan mau jika
anaknya kelak menjadi penjahat juga. Setiap orang tua ingin melihat
anaknya jika dewasa nanti menjadi orang yang berguna, bermanfaat baik
untuk masyarakat, negara, dan agama.
Untuk itulah pendidikan dan bimbingan yang tepat perlu disematkan dalam diri seorang anak dari orang tua maupun para guru. Orang tua memiliki peran utama untuk menumbuhkan karakter dan sifat yang baik untuk anak. Nasehat-nasehat yang baik dan dengan cara yang tepat akan dapat tertanam dalam hati seorang anak.
Untuk itulah pendidikan dan bimbingan yang tepat perlu disematkan dalam diri seorang anak dari orang tua maupun para guru. Orang tua memiliki peran utama untuk menumbuhkan karakter dan sifat yang baik untuk anak. Nasehat-nasehat yang baik dan dengan cara yang tepat akan dapat tertanam dalam hati seorang anak.
Langganan:
Postingan (Atom)